Jumat, 10 November 2017

PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN KEJANG
Hasil gambar untuk KEJANG
Saat mendapati keluarga, anak, atau orang lain yang mendadak kejang dihadapan kita, tentunya akan muncul perasaan panik dan bingung harus berbuat apa, terutama bagi Anda yang memiliki keluarga atau orang terdekat dengan riwayat kejang.
Karenanya, penting bagi Anda untuk mengetahui secara mendalam seputar pertolongan pertama bagi penderita kejang, dan hal-hal apa yang harus / tidak boleh dilakukan.
Pertolongan pertama yang harus Anda lakukan terhadap orang yang kejang disekitar Anda dapat berpengaruh besar terhadap keselamatan orang tersebut. Begitu pula  apabila Anda menjalankan cara yang salah dalam menangani kasus kejang yang terjadi disekitar Anda. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin Anda bukan menolong, tapi justru memperburuk keadaan penderita kejang tersebut.
Penggunaan kata ‘kejang’ sering disalahartikan dalam masyarakat umum. Misalnya saat otot tangan kaku, maka dianggap sebagai kejang. Sesungguhnya, kejang adalah kondisi yang lebih berat daripada hanya sekedar ‘otot tangan kaku’. Kejang terjadi saat aktivitas penjalaran sinyal-sinyal listrik dalam otak mengalami gangguan. Penjalaran sinyal ini merupakan suatu hal yang penting. Karena melalui penjalaran sinyal, otak mampu memerintahkan tangan/ kaki/ organ lainnya untuk bertindak sebagaimana mestinya.
Karenanya, saat sinyal ini terganggu akan muncul berbagai gerakan/ kelakukan yang tidak terkoordinasi dengan baik yang disebut dengan kejang.
Tampilan kejang yang paling umum adalah berupa gerakan kelojot yang terjadi di tangan/ kaki. Selain itu, saat seseorang kehilangan kesadaran dan anggota tubuhnya menegang keras, hal tersebut juga bisa disebut sebagai kejang. Pada umumnya, kejang dimulai dengan periode di mana penderita merasa bingung/ linglung secara mendadak, kemudian dilanjutkan dengan perubahan mendadak, misalnya penderita tiba-tiba terjatuh dan terjadi gerak yang tidak terkontrol.
Gejala lain yang biasanya menyertai adalah keluarnya air liur atau busa dari mulut, mata melirik hanya pada satu sisi, penderita mengerang, atau mengeluarkan bunyi mengorok, serta penderita tampak menggigit lidah (bahkan hingga dapat timbul darah), serta gigi gemeretuk.
Penyebab kejang sangat bervariasi, mulai dari adanya penyakit infeksi, demam tinggi, tumor, stroke, epilepsi, keracunan/ penggunaan zat-zat tertentu, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang penting untuk mengetahui apa penyebab yang mendasari terjadinya kejang. Namun, hal tersebut dapat ditunda demi memberikan penanganan kegawatdaruratan yang tepat pada penderita kejang.
Saat Anda menghadapi orang lain yang kejang dihadapan Anda, lakukan beberapa langkah berikut:
  1. Hubungi petugas medis gawat darurat terdekat untuk membawa peralatan emergencyyang sesuai
  2. Bila memungkinkan, sangat baik bila Anda mampu mencegah penderita sebelum orang tersebut jatuh agar penderita tidak cedera
  3. Saat penderita terjatuh, bila perlu pindahkan posisi penderita ke area yang lebih aman. Singkirkan benda-benda di sekitar yang dapat melukai penderita tersebut, misalnya memindahkan penderita ke pinggir jalan saat penderita jatuh di tengah jalan umum
  4. Longgarkan pakaian penderita, terutama bagian sekitar leher
  5. Miringkan penderita ke satu sisi agar apabila keluar liur atau muntah tidak masuk ke saluran nafas sang penderita
  6. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut meskipun Anda berniat mencegah tergigitnya lidah, misalnya sendok atau bahkan jari tangan, ataupun minuman atau obat lain ke dalam mulut selama kejang terjadi, karena penderita sedang tidak sadar
  7. Anda tidak perlu menahan tubuh penderita untuk mencegah kejang. Namun, berikanlah bantal untuk melindungi kepala penderita saat kejang terjadi
Kejang dapat terjadi pada siapapun, dari usia anak-anak hingga usia dewasa. Kebanyakan kejang dapat berhenti dengan sendirinya, namun ada kalanya kejang terjadi dalam waktu yang cukup lama (lebih dari 15 menit). Dalam kondisi ini, penanganan medis sesegera mungkin sangat dibutuhkan, karena hal tersebut menandakan adanya kerusakan yang cukup berat.
Apabila terdapat keluarga dengan riwayat kejang, ada baiknya telah disediakan obat-obatan anti kejang dirumah, khususnya bagi penderita epilepsi. Begitu pula bagi anak yang memiliki riwayat kejang demam, Anda dapat memberikan obat penurun panas dengan segera saat suhu badannya mulai tinggi.


Sumber : http://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2697008/inilah-pertolongan-pertama-pada-kejang

Kamis, 02 November 2017

PENYAKIT TBC



Apa itu Penyakit TBC?
TBC adalah singkatan dari Tuberkulosis, merupakan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini telah membunuh lebih dari 2 juta orang per tahun. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Fakta yang mengejutkan, bahwa sekitar sepertiga populasi dunia terinfeksi TBC. Namun, sebagian besar tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit karena tidak ada gejala sama sekali atau mungkin terjadi dengan ringan ataupun samar-samar. Inilah yang disebut dengan penyakit TBC laten, pada orang-orang ini, bakteri tidak aktif (laten) dan tidak dapat ditularkan kepada orang lain. Jika sistem kekebalan tubuh melemah, maka TBC dapat menjadi aktif dan menimbulkan penyakit TBC dengan segala gejalanya.

TBC biasanya menyerang paru-paru. Namun hingga sepertiga orang yang terinfeksi, terutama yang disertai dengan HIV/AIDS, TBC juga menyerang organ tubuh lainnya seperti Penyakit TBC kelenjar getah bening, selaput yang menutupi otak (meninges), sendi, ginjal dan membran yang menutupi organ pencernaan (peritoneum). Bakteri tuberkulosis menular dari orang ke orang melalui udara. Bakteri ini terdapat dalam tetesan sekresi yang keluar dari mulut atau hidung ketika seorang yang sakit sedang batuk atau bersin. Ketika orang disekitarnya menghirup udara yang tercemar, jika itu hanya satu kali maka tidak mungkin menyebabkan infeksi. Akan tetapi diperlukan paparan berulang atau berkepanjangan untuk bisa terinfeksi TBC. Bersentuhan atau berbagi alat-alat misalnya handuk tidak akan menularkan infeksi, karena bakteri tuberkolis hanya menginfeksi paru-paruketika terhirup langsung ke dalam paru-paru. Ketika bakteri masuk ke dalam paru-paru, ada dua kemungkinan yang terjadi; bakteri akan dimusanahkan oleh sistem kekebalan tubuh sehingga infeksi tidak terjadi, atau masih ada sisa sehingga bakteri masih tetap ada. Bakteri yang masih tetap ada ini bisa langsung menginfeksi (ketika sistem kekebalan tubuh lemah) dan timbullah gejala TBC, sehingga disebut dengan sakit TBC (TBC Aktif), sedangkan kemungkinan satunya bakteri tetap ada namun tidak aktif menginfeksi dan tidak muncul gejala apapun pada tubuh, kondisi ini disebut dengan TBC Laten.


Penyakit TBC aktif terjadi dalam beberapa bentuk yang berbeda:

TB paru primer – Pada sekitar 5%, sistem kekebalan tubuh seseorang tidak dapat menghentikan infeksi tuberkulosis pada awal serangan. Orang-orang ini mengembangkan TBC aktif dalam waktu satu tahun sejak paparan bakteri. Jenis TB aktif adalah kondisi yang paling umum terjadi pada bayi dan anak-anak, terutama di negara-negara berkembang dengan tingkat gizi buruk dan perawatan kesehatan yang buruk. Orang dengan HIV dan penyakit lain yang menekan sistem kekebalan tubuh juga berisiko tinggi. Postprimary (reaktivasi) TB paru – Sekitar 95% dari orang yang terinfeksi TBC dapat menonaktifkan kuman tuberkulosis pada awal serangan, sehingga kebanyakan dari mereka tidak mengalami penyakit TB aktif. Namun lama kelamaan, bakteri akhirnya bisa mengalahkan  sistem kekebalan tubuh dan mulai bereplikasi dan menyebar, biasanya di paru-paru. Bakteri dapat merusak area paru-paru, membentuk rongga yang berisi bakteri dan sel-sel mati. TB ekstra paru – Tuberkulosis juga dapat menjadi aktif di bagian tubuh selain paru-paru, apakah disertai dengan infeksi di paru-paru ataupun tidak. Organ yang umunya diserang adalah tulang, ginjal, kelenjar getah bening dan sistem saraf pusat. Disebarluaskan atau tuberkulosis milier – Tuberkulosis dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Ini kondisi yang berbahaya.

Gejala Penyakit TBC
Tidak seperti TBC aktif yang menimbulkan gejala, TBC laten tidak ditandai dengan gejala apapun, namun ada pemeriksaan kulit yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kuman tuberkulosis dalam tubuh, tes ini akan menunjukkan hasil yang positif dalam waktu tiga bulan setelah seseorang terkena infeksi. Adapun gejala penyakit tuberkolosis (TBC) aktif bervariasi sesuai dengan jenis organ yang terlibat:

Gejala TBC Paru Primer
Pada beberapa orang, terutama anak-anak, tidak memiliki gejala selain demam dan badan lemas. Gejala lain yang bisa diamati antara lain:
·        Batuk
·        Sakit dada
·        Keringat malam
·        Nafsu makan yang buruk
·        Berat badan turun atau rendah

Gejala Postprimary (reaktivasi) TB
·        Demam
·        Keringat malam
·        Berat badan rendah
·        Kurang Nafsu makan
·        Kelemahan
·        Sakit dada
Biasanya juga ada batuk yang berlangsung lama menghasilkan dahak yang berubah warna, terkadang disertai batuk darah, sesak napas dan akhirnya mengembangkan masalah pernapasan yang parah.



Gejala TBC ekstra paru
Gejala yang muncul akan tergantung di mana TBC menginfeksi.
·     TBC kelenjar getah bening (sekitar 25% dari kasus), hal itu dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar, biasanya pada sisi dan pangkal leher.
·     TBC tulang dan sendi (sekitar 8% dari kasus), tulang dan sendi akan membengkakn dan sakit paling sering pada tulang belakang, pinggul dan lutut.
·     TB urogenital (sekitar 15% dari kasus) dapat menyebabkan nyeri pada sisi (antara tulang rusuk dan pinggul), sering buang air kecil, rasa sakit atau ketidaknyamanan saat buang air kecil, dan kencing berdarah.

Gejala Tuberkulosis (TBC) milier
·     Gejala TB milier termasuk:
·     Demam
·     Keringat malam
·     Berat badan turun
·     Kelemahan
·     Masalah paru-paru (batuk, sesak napas, nyeri dada)
Meskipun bakteri menyebar ke seluruh tubuh, mungkin tidak ada gejala lain. Tetapi jika ada, gejala yang mungkin antara lain: Sakit kepala, gangguan penglihatan, pembengkakan kelenar getah bening, nyeri sendi, ruam kulit, hingga sakit perut.

Diagnosis TBC
idak cukup hanya berpedoman pada gejala seseorang, apakah seseorang memiliki penyakit TBC atau tidak harus dipastikan melalui pemeriksaan penunjang, baik berupa tes darah, dahak, foto rongsin, PCR atau lainnya. Hal ini sangat penting karena pengobatan hanya dilakukan ketika diagnosis sudah pasti, mengingat efek samping obat yang tidak sedikit serta resiko resistensi.

Pengobatan TBC
Dokter biasanya mengobati penyakit TBC dengan menggunakan kombinasi empat obat, seperti isoniazid (INH / H), rifampisin (R), pirazinamid (Z) dan ethambutol (E). Kombinasi obat-obat TBC ini dianggap sebagai pengobatan lini pertama. Terapi biasanya berlangsung 6 bulan atau lebih. Hal ini sangat penting untuk mematuhi pemakaian dengan meminum obat-obat ini secara teratur tanpa putus seperti yang telah ditentukan oleh dokter. Hal ini sangat penting untuk mencegah agar bakteri tidak resisten atau kebal terhadap obat tersebut.
Penting juga untuk memeriksakan orang-orang yang ada disekitar (kontak dekat) dengan oenderita, karena apabila terinfeksi juga maka harus diobati sekaligus.
Strain TBC yang resisten terhadap isoniazid dan rifampisin (dua antibiotik TBC paling efektif) disebut multidrug resistant (MDR-TB). Untuk mengobati TB-MDR, pasien harus mengambil kombinasi obat “lini kedua” TBC dan lain-lain. Obat-obat ini lebih cenderung menyebabkan efek samping dibandingkan obat TBC lini pertama dan pemakaian lebih lama hingga selama dua tahun.
Ada lagi, Extensively drug-resistant (XDR-TB) strain yang telah diidentifikasi di banyak negara di seluruh dunia. Strain yang resisten terhadap obat isoniazid, rifampisin, dan keluarga aminoglikosida (seperti kanamisin), dan keluarga obat kuinolon (seperti levofloxacin dan moksifloksasin). TB-XDR sangat sulit diobati, dan kadang-kadang, memerlukan operasi untuk menghilangkan bagian paru-paru yang sakit.


Sumber: Penyakit TBC : Gejala, Penyebab, Pengobatan - Mediskus